ANDIKABAR.BLOGSPOT.COM - Aksi foya-foya menggunakan dana tunjangan sertifikasi masih saja terjadi
di Negri ini. Seperti yang ditemukan anggota DPRD Banjar.
Anggota
Komisi IV H Djamhari mengaku pernah melihat seorang pria guru yang
mengenakan anting-anting emas. Juga sering melihat perempuan guru yang
rambutnya dicat warna-warni. Gaya hidup mereka pun ‘gaul’.
“Saya
sangat miris melihatnya. Seorang guru kok seperti itu. Jangan
mentang-mentang dapat sertifikasi, terus bisa bergaya,” kata Djamhari
yang dulunya kepala sekolah ini di Martapura, kemarin.
Dia
mengungkapkan, dia bertemu para guru ‘gaul’ itu saat melakukan kunjungan
kerja di Aluhaluh dan Sungaibatang, Martapura Barat.
Ketua
Komisi IV DPRD, H Gusti Abdurrahman tidak menampik perubahan perilaku
guru, terkait tunjangan sertifikasi yang diperolehnya.
“Sering
kami temui yang seperti itu. Banyak dari mereka taraf hidupnya mulai
naik. Tapi apakah itu diimbangi dengan mutu pengajaran mereka? Itu yang
jadi pertanyaan,” tegasnya.
Meski tidak secara tegas menyalahkan
penyimpangan penggunaan tunjangan sertifikasi itu, pria yang biasa
disapa Antung Aman itu mengatakan program sertifikasi ditujukan untuk
meningkatkan profesionalisme dan kualitas pengajar. Bukan malah untuk
memenuhi keperluan pribadi, seperti penampilan fisik.
“Harusnya
tunjangan itu untuk membeli laptop atau sesuatu yang bisa membekali dan
menambah ilmunya. Bukan malah pamer kemapanan,” tegas dia.
Pengakuan
menggunakan tunjangan sertifikasi untuk keperluan pribadi diungkapkan
seorang guru berstatus PNS di SMPN di Aluh-aluh. Guru berjenis kelamin
pria itu kerap menggunakan dana tunjangan sertifikasi untuk keperluan
konsumtif dan berjalan-jalan.
Menyikapi itu, Kepala Dinas Pendidikan Banjar, Gusti Ruspan Noor berjanji menindaklanjuti temuan Komisi IV DPRD.
“Terkait
adanya laki-laki guru yang memakai anting-anting dan rambut perempuan
guru dicat warna-warni, akan kami cek. Kalau terbukti kami tidak
segan-segan memberi teguran. Ini untuk meningkatkan profesi guru,”
tegasnya.
Dikatakan Ruspan, program sertifikasi bertujuan
meningkatkan kualitas guru. Dengan bantuan dana, diharapkan bisa untuk
membeli perlengkapan dan peralatan mengajar sehingga hasil proses
belajar mengajar menjadi lebih baik.
“Selain itu, guru bisa lebih
fokus. Tidak lagi mencari objekan ke mana-mana. Kalau kami menghendaki
agar dana tunjangan itu untuk membeli peralatan IT (informasi
teknologi),” kata dia.
Ruspan mengatakan Dinas Pendidikan
sebenarnya telah melakukan pemantauan terhadap perilaku para guru di
Banjar, pascaprogram sertifikasi. Hasilnya, tidak jauh berbeda dengan
temuan Komisi IV DPRD.
Ada seorang guru rela tidak mengambil beasiswa pendidikan S2 (strata dua) karena ingin tetap mendapat tunjangan sertifikasi.
Dia beralasan, jika mengikuti pendidikan itu, tunjangannya bisa dicabut karena tidak aktif mengajar.
Akan
tetapi, usut punya usut, dia bersikap itu karena sudah telanjur membeli
mobil menggunakan sistem kredit. Dan, uang yang digunakan untuk
mengangsur berasal dari tunjangan sertifikasi. (asf)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar